PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Menggagas Karakter Pahlawan

15/10/2012

Menggagas Karakter Pahlawan

MENGGAGAS KARAKTER PAHLAWAN
Oleh: Nanang M. Safa

"Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api"
...(Chairil Anwar : 1943)

Demikianlah Chairil Anwar yang saat itu sedang merindukan sosok pahlawan mengenang "Diponegoro". Ketika kita lewati persimpangan jalan sejarah yang curam, saat itu kita merindukan kehadiran seorang pahlawan, seperti Chairil Anwar merindukan Diponegoro. Saat ini benar kita merindukan pahlawan itu, karena krisis demi krisis telah merobohkan satu persatu sendi bangunan negeri kita ini. Di manakah pahlawan itu, yang kata Chairil Anwar sebagai "pahlawan berselempang semangat yang tak bisa mati".
Negeri kita butuh orang yang siap melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Pekerjaan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan negara dan masyarakat. Ini adalah tantangan yang hanya bisa dijawab oleh mereka yang memiliki naluri kepahlawanan dan sense terhadap krisis yang melanda negeri ini. Oleh karena itulah kita merasa kagum kepada seseorang yang telah mampu menyelesaikan masalah dan bisa menjawab tantangan dengan tindakan nyata, lalu kita menyebutnya sebagai seorang pahlawan. Dan karena itu pula kita selalu menyimpan dan mengenang pahlawan dengan semangat meladeni. Sebagaimana pahlawan negeri ini yang telah membawa kemerdekaan bagi bangsa kita. Kehadiran mereka di saat-saat yang sulit telah menjadikan mereka kuat, memiliki keberanian dan semangat berkorban.
Pahlawan selalu muncul di saat-saat yang sulit atau sengaja dilahirkan dalam situasi yang sulit. Kehadirannya selalu disertai momentum. Apa yang menjadi keprihatinan kita adalah kenyataan bahwa ketika krisis besar itu melilit setiap sudut kehidupan negeri ini, kita justru mengalami kelangkaan pahlawan. Masih mampukah negeri ini melahirkan pahlawan. Lantas siapakah pahlawan itu? Apakah kita termasuk di antaranya yang patut disebut pahlawan yang mampu menjawab tantangan dan mampu menyelesaikan pekerjaaan-pekerjaan besar?
Tantangan dan pekerjaan-pekerjaan besar hanya dapat diselesaikan oleh seorang pemberani. Inilah naluri yang sangat dekat dengan sosok seorang pahlawan yang kita idamkan. Keberanian merupakan kehendak jiwa yang kuat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang penuh dengan tantangan dan resiko. Karakter ini bisa dimiliki secara fitrah oleh manusia, namun keberanian juga dapat dimiliki manusia melalui latihan. Sebagaimana nasehat Umar bin Khattab "Ajarkan sastra kepada anak-anakmu karena itu dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani". Ketika kita renungkan nasehat ini, benar memang sastra membuat perasaan kita lebih halus sehingga sensitifitas kita terhadap permasalahan yang ada semakin besar.
Keberanian merupakan sebuah keniscayaan yang melingkupi kepribadian pahlawan. Akan tetapi keberanian itu harus ditopang dengan kebaikan dan kekuatan. Pemaduan ketiga karakter inilah yang ketika mampu bertahan pada diri seseorang maka akan melahirkan seorang pahlawan. Namun ketiga hal itupun belum cukup. Sepertinya masyarakat belum mau mengakui seseorang sebagai pahlawan ketika telah memiliki keberanian, kebaikan dan kekuatan tanpa disertai pengorbanan. Sejarah telah mencatat bahwa kehadiran pahlawan negeri ini senantiasa dibarengi oleh momentum kepahlawan yang mampu memaksa seseorang untuk tumbuh menjadi pemberani dengan segala kekuatan dan pengorbanan untuk melakukan kebaikan bagi bangsa dan negaranya.
Ketika kita kembali belajar bagaimana pahlawan bangsa saat itu dilahirkan maka kita akan mendapatkan sebuah renungan bahwa kemerdekaan bangsa ini identik dengan semangat pengorbanan yang luar biasa. Bukan hanya harta dan raga tapi juga jiwa. Gugurnya pahlawan bangsa merupakan sebuah bukti betapa mahalnya sebuah kemerdekaan. Lantas pahlawan seperti apa yang harus hadir di zaman megalomania ini? Bisakah kita menyebut ibu sebagai pahlawan hidup bagi anak-anaknya, guru sebagai pahlawan bagi siswa-siswinya, presiden pahlawan bagi rakyatnya, penyair sebagai pahlawan bagi karya sastranya yang lahir. Siapapun mereka, yang jelas mereka hadir, mampu melahirkan inspirasi bagi banyak orang, memberi manfaat dan siap melakukan kebaikan dan penyempurnaan. Walaupun mereka tidak merasa sebagai seorang pahlawan namun orang lain merasakan kehadirannya membawa angin segar yang menyejukkan, harapan cerah dan kehidupan yang lebih baik. Saat itulah momentum datang dan seseorang telah mencapai kapasitas kematangan pribadinya sehingga ia disebut sebagai seorang pahlawan.
Pahlawan masa kini adalah pahlawan yang mampu membawa bangsa dan negara ke arah kemajuan yang beradab. Mereka selalu mencipta, beraktualisasi, menjadikan setiap momen adalah waktu untuk melakukan kebaikan. Inilah sebuah optimisme bahwa kita akan selalu memiliki stok pahlawan yang siap memimpin negeri ini dengan segala kematangan kepribadian seorang pahlawan. Dia tidak hanya pemberani, kuat, siap melakukan kerja-kerja besar tapi juga rela berkorban.
Pahlawan itu mungkin anda, saya atau orang-orang di sekeliling kita. Namun yang harus kita sadari adalah kematangan kepribadian seseorang tidak serta-merta namun melalui proses. Sembari menunggu proses kematangan itu hadir dalam diri kita bukan berarti kita hanya diam tanpa kerja dan karya nyata. Takdir kepahlawanan harus direbut. Oleh karena itulah pahlawan selalu berbuat dalam diam dan menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat.
Nilai-nilai kepahlawan semacam inilah yang harus kita tumbuh suburkan di tengah-tengah masyarakat kita. Karena sungguh pahlawan hanyalah manusia biasa yang penuh kekurangan namun selalu berusaha melengkapinya dengan terus bekerja dan berkarya sehingga tanpa disadari hasil kerja dan karya nyatanya tersebut mampu membawa perubahan besar bagi orang-orang di sekitarnya. Maka berbuatlah kebaikan, biar orang lain yang menilai.
"Dan katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaan kamu begitu juga rasul dan orang-orang mukmin" (QS. At Taubah : 105).
Rebutlah takdir kepahlawanan. Ajarkanlah kepada anak-anak kita tentang keberanian dan kerja-kerja besar para pahlawan, niscaya kita akan mendapatkan generasi dengan kepribadian seorang pahlawan sejati yang siap membawa negeri ini ke dalam pencerahan, sebagaimana seruan Chairil Anwar untuk senantiasa mewariskan semangat kepahlawanan.
Kenang, kenanglah kami!
Teruskan, teruskan jiwa kami….!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...